Raja Wajo Sekarang
Sri Sultan Hamengku Buwono V (1823-1855)
Putra dari Sultan Hamengku Buwono IV dengan Gusti Kanjeng Ratu Kencono ini lahir pada tanggal 20 Januari 1821 dengan nama Gusti Raden Mas Gatot Menol.
Ia diangkat menjadi Sultan Hamengku Buwono V ketika ayahnya wafat di tahun 1823 pada saat usianya yang baru menginjak 3 tahun. Dikarenakan usianya yang masih sangat belia, maka dibentuklah dewan perwalian untuk mendampingi tugas-tugas pemerintahan.
Sultan Hamengku Buwono V wafat pada 5 Juni 1855 dan dimakamkan di Astana Besiyaran, Pajimatan, Imogiri. Ketika beliau wafat, permaisuri pertamanya tidak berputera dan permaisuri keduanya sedang hamil, namun belum ada tanda melahirkan. Sehingga, tahta kerajaan diberikan kepada adiknya Raden Mas Mutojo dengan gelar Sultan Hamengku Buwono VI.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX (1940-1988)
Sultan Hamengku Buwono IX memiliki nama kecil Gusti Raden Mas Dorodjatun. Ia lahir pada tanggal 12 April 1912, dan merupakan putra kesembilan dari Sri Sultan Hamengku Buwono VIII dengan istri kelimanya, Raden Ajeng Kustilah atau Kanjeng Ratu Alit.
Berbeda dengan raja-raja keraton sebelumnya, Sultan Hamengku Buwono IX besar di lingkungan luar keraton. Ia bahkan dititipkan ke pasangan Belanda ketika usianya masih empat tahun. Hal ini bertujuan agar kelak nantinya ia dapat hidup secara mandiri tanpa didampingi pengasuh.
Sejarah Singkat Kerajaan Inggris
Selanjutnya, dikatakan dalam laman History, Raja Inggris yang pertama adalah Athelstan yang bertakhta sejak 925 sampai 939 Masehi. Kemudian, sejak rezim William the Conqueror, peralihan kepemimpinan ditetapkan dari raja kepada anak laki-laki pertama.
Namun, hal ini diubah pada tahun 1702 M ketika Parlemen Inggris memberikan Act of Settlement, yang menyatakan bahwa disebabkan wafatnya Raja William III, gelar penguasa akan diserahkan kepada Anne dan keturunannya. Hal ini berarti para perempuan juga bisa mewarisi takhta, selama tidak ada laki-laki yang dapat menduduki posisi itu.
Pada waktu itu, hukum umum di Inggris menyatakan bahwa ahli waris laki-laki menjadi pewaris sebelum saudara perempuan mereka. Dengan kesepakatan kekuasaan Gereja Inggris pula, Act of Settlement pun menyatakan bahwa setiap ahli waris yang menikah dengan seorang Katolik Roma, akan dihapus dari garis suksesi.
Aturan mengenai siapa pewaris takhta Kerajaan Inggris tidak diperbarui lagi sampai tahun 2013, saat Parlemen menyetujui Succession to the Crown Act. Peraturan ini kemudian menggeser garis suksesi ke sistem primogeniture absolut. Maksudnya, kerajaan akan diteruskan ke pewaris sulung, tak peduli apa pun jenis kelamin mereka.
Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792)
Sri Sultan Hamengku Buwono alias Pangeran Mangkubumi merupakan pendiri dan pembangun Keraton Yogyakarta. Ia lahir pada tanggal 5 Agustus 1717 dengan nama Bendara Raden Mas (BRM) Sujono. Ia merupakan putra dari Sunan Amangkurat IV melalui istri selirnya yang bernama Mas Ayu Tejawati.
Pangeran Mangkubumi merupakan sosok yang dikenal sangat cakap dalam olah keprajuritan dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya Jawa. Ia berhasil memenangkan sayembara untuk memadamkan pemberontakan Sambernyawa dan peristiwa Geger Pecinan yang dipimpin oleh Sunan Kuning dan Pangeran Sambernyawa.
Beliau dinobatkan menjadi Raja pertama Ngayogyakarta dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I usai ditandatanganinya Perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Maret 1755. Sultan Hamengku Buwono I kemudian wafat pada tanggal 24 Maret 1792 dan dimakamkan di Astana Kasuwargan, Pajimatan, Imogiri.
Sejak saat itu, hak untuk memimpin dan menguasai Kasultanan Yogyakarta dilakukan dengan sifat turun menurun.
Sri Sultan Hamengku Buwono IV (1814-1822)
Lahir pada tanggal 3 April 1804 dengan nama asli Gusti Raden Mas Ibnu Jarot, Sri Sultan Hamengku Buwono IV di tunjuk menjadi putra mahkota saat ayahnya diangkat sebagai sultan pada 21 Juni 1812.
Ia merupakan putra dari Sri Sultan Hamengku Buwono III dan Gusti Kanjeng Ratu Hageng. Raden Mas Ibnu Jarot diangkat menjadi sultan sesaat setelah wafatnya ayahnya saat umurnya masih 10 tahun, yakni pada 9 November 1814.
Pada masa itu, karena umurnya yang masih sangat muda, pemerintahan pun dipimpin oleh wali raja, Pangeran Notokusumo dengan gelar Paku Alam I. Ia pun wafat setelah menjalankan pemerintahan secara mandiri selama dua tahun pada 6 Desember 1823 dan dikenal dengan nama 'Sultan Seda Besiyar' dan dimakamkan di Astana Besiyaran, Pajimatan, Imogiri.
Sri Sultan Hamengku Buwono VIII (1921-1939)
Sultan Hamengku Buwono VIII lahir pada tanggal 3 Maret 1880 dengan nama Gusti Raden Mas Sujadi. Ia merupakan putra dari Sri Sultan Hamengku Buwono VII dan Gusti Kanjeng Ratu Mas.
Pada saat dewasa, Gusti Raden Mas Sujadi mendapatkan gelar sebagai 'Gusti Pangeran Haryo Puruboyo' sebelum akhirnya diangkat menjadi sultan dengan gelar Sultan Hamengku Buwono VIII di tahun 1921.
Sri Sultan Hamengku Buwono VI (1855-1877)
Lahir dengan nama kecil Raden Mas Mutojo, Sultan Hamengku Buwono VI lahir pada tanggal 10 Agustus 1821. Ia merupakan putra dari Sultan Hamengku Buwono IV dan permaisuri Gusti Kanjeng Ratu Kencono.
Ia diangkat menjadi sultan dengan gelar Sultan Hamengku Buwono VI untuk menggantikan sang kakak Sultan Hamengku Buwono V yang meninggal dalam kondisi belum memiliki putra.
Pada usianya yang ke 56 tahun, ia wafat pada tanggal 20 Juli 1877 dan dimakamkan di Astana Besiyaran, Pajimatan, Imogiri, sama seperti raja- raja sebelumnya.
C. Britania Raya dan United Kingdom
Demikian sejarah singkat Kerajaan Inggris beserta para penguasanya sejak dahulu sampai sekarang.
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan istana resmi yang berada di Kota Jogja. Raja-raja Keraton Ngayogyakarta telah memimpin kota dengan status Daerah istimewa tersebut sejak tahun 1755 hingga sekarang. Begini penjelasan tentang biografinya.
Kesultanan Ngayogyakarta merupakan hasil pecahan dari Kerajaan Mataram Islam dalam Perjanjian Giyanti yang membagi Nagari Kasultanan Ngayogyakarta untuk Pangeran Mangkubumi dan Kasunanan Surakarta untuk Pakubuwana III.
Akibatnya, berdirilah Keraton Jogja dengan Sri Sultan Hamengku Buwono I sebagai raja pertama dan diteruskan oleh keturunan raja-raja selanjutnya dengan gelar "Sri Sultan Hamengku Buwono" yang masih memimpin hingga tahun 2023 sekarang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mengetahuinya secara detail, simak penjelasan mengenai biografi singkat dan silsilah raja-raja Keraton Jogja dari awal berdiri hingga sekarang, yang dikutip dari laman resmi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan dprd.jogjakota.go.id. berikut ini.
Sri Sultan Hamengku Buwono II (1792-1828)
Sri Sultan Hamengku Buwono II memiliki nama kecil RM Sundoro dan lahir pada tanggal 7 Maret 1750. Ia merupakan putra dari Sultan Hamengku Buwono I dan ibunda Kanjeng Ratu Kadipaten.
RM Sundoro merupakan sosok yang keras dan anti terhadap Belanda maupun kolonialisme. Ia banyak melakukan perlawanan terhadap VOC Belanda maupun kolonial Inggris.
Ia wafat pada 3 Januari 1828 karena jatuh sakit dan dimakamkan di Kotagede, tepat pada saat berkecamuknya Perang Jawa.
Sri Sultan Hamengku Buwono III (1810-1814)
Sri Sultan Hamengku Buwono III memiliki nama kecil Raden Mas Surojo dan lahir pada tanggal 20 Februari 1769. Ia merupakan putra dari Sri Sultan Hamengku Buwono II dan Gusti Kanjeng Ratu Kedhaton.
Raden Mas Surojo digambarkan sebagai sosok yang pendiam dan cenderung mengalah. Masa pemerintahannya hanya tercatat selama 856 hari. Ia wafat pada tanggal 3 November 1814 pada usianya yang ke 45 tahun dan dimakamkan di Astana Kasuwargan, Pajimatan, Imogiri.