Raja Singa Bisa Sembuh

Raja Singa Bisa Sembuh

Mengenal Lebih Dalam tentang Atresia Duodenum

Atresia duodenum adalah kondisi di mana duodenum tidak berkembang dengan baik. Pada kondisi ini, duodenum tidak terbuka secara sempurna sehingga menghalangi jalannya makanan dari lambung menuju usus untuk dicerna. Ini menyebabkan terjadinya peningkatan kadar cairan ketuban selama kehamilan (polihidramnion) dan obstruksi usus pada bayi yang baru lahir. Sebagian besar kasus ini juga disertai dengan kelainan lahir yang lain, termasuk kelainan trisomi 21 atau Down syndrome.

Meskipun belum diketahui secara pasti, para ahli menduga bahwa kondisi ini terjadi akibat perkembangan embrio yang belum sempurna, terutama pada bagian duodenum. Berikut adalah beberapa hal yang perlu kamu tahu tentang atresia duodenum:

Kepribadian yang kasar?

Prof Craig Packer, direktur Pusat Penelitian Singa dari Universitas Minnesota, mengatakan kepada BBC serangan semacam ini "belum pernah terjadi sebelumnya".

"Kami sudah melihat berbagai contoh singa-singa jantan singa-singa betina, dan kawanan singa betina memburu singa jantan, tetapi singa betina membunuh singa jantan, satu lawan satu? Saya belum pernah mendengarnya."

Ia menduga kepribadian individu dari singa tersebut memainkan peran dalam pembunuhan itu.

Sumber gambar, Reuters

Di alam bebas, singa-singa jantan 'mendominasi' singa-singa betina 'sepenuhnya'. Nyack sudah dipelihara dari kecil oleh kebun binatang, satu hal yang mungkin membuatnya lebih rentan, kata Prof Packer.

Sebaliknya, Zuri lebih dominan ketimbang singa betina lainnya.

Zuri hanya memiliki bobot 136 kg, yang 11kg lebih ringan dibanding pasangannya yang berat badannya 147kg. Singa jantan biasanya memiliki berat 149kg-259kg dan singa betina 120-180kg, menurut kebun binatang San Diego Zoo.

"Jika perkelahian itu timbul akibat kepribadiannya yang kasar, mungkin ini adalah salah satu faktor risikonya. Pihak kebun binatang harus mempertimbangkannya bila akan menggabungkannya lagi dengan singa lain," katanya.

Profesor packer menyebut ada misteri lain dari fakta bahwa Zuri menyerang Nyack sebanyak dua kali: pertama Nyack lari, lalu singa jantan itu kembali lagi ke Zuri bersikap patuh, dan di situ Zuri menyerangnya lagi.

"Kami tidak bisa menyimpulkan apa penyebab dari semua ini, sampai kami melihat kasus-kasus serupa muncul ," katanya.

Diagnosis Atresia Duodenum

Diagnosis atresia duodenum biasanya dikonfirmasi dengan dua cara, yaitu:

Umumnya, ibu hamil dengan kondisi janin mengidap atresia duodenum akan mengalami peningkatan jumlah air ketuban (polihidramnion) selama kehamilan. Ini terjadi akibat ketidakmampuan janin dalam menelan cairan amniotik dan menyerapnya di saluran pencernaan. Sehingga melalui USG, dokter bisa mendeteksi kemungkinan terjadinya atresia duodenum melalui jumlah air ketuban dalam rahim.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi lambung dan duodenum. Sebab pada kasus ini, lambung dan duodenum cenderung membesar akibat adanya sumbatan di salah satu bagian duodenum janin. Kondisi tersebut dikenal dengan istilah “double-bubble”.

Gejala Atresia Duodenum

Berikut adalah beberapa gejala yang dialami oleh bayi pengidap atresia duodenum:

Gejala Atresia Duodenum

Berikut adalah beberapa gejala yang dialami oleh bayi pengidap atresia duodenum:

Diagnosis Atresia Duodenum

Diagnosis atresia duodenum biasanya dikonfirmasi dengan dua cara, yaitu:

Umumnya, ibu hamil dengan kondisi janin mengidap atresia duodenum akan mengalami peningkatan jumlah air ketuban (polihidramnion) selama kehamilan. Ini terjadi akibat ketidakmampuan janin dalam menelan cairan amniotik dan menyerapnya di saluran pencernaan. Sehingga melalui USG, dokter bisa mendeteksi kemungkinan terjadinya atresia duodenum melalui jumlah air ketuban dalam rahim.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi lambung dan duodenum. Sebab pada kasus ini, lambung dan duodenum cenderung membesar akibat adanya sumbatan di salah satu bagian duodenum janin. Kondisi tersebut dikenal dengan istilah “double-bubble”.

Diagnosis Atresia Duodenum

Diagnosis atresia duodenum biasanya dikonfirmasi dengan dua cara, yaitu:

Umumnya, ibu hamil dengan kondisi janin mengidap atresia duodenum akan mengalami peningkatan jumlah air ketuban (polihidramnion) selama kehamilan. Ini terjadi akibat ketidakmampuan janin dalam menelan cairan amniotik dan menyerapnya di saluran pencernaan. Sehingga melalui USG, dokter bisa mendeteksi kemungkinan terjadinya atresia duodenum melalui jumlah air ketuban dalam rahim.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi lambung dan duodenum. Sebab pada kasus ini, lambung dan duodenum cenderung membesar akibat adanya sumbatan di salah satu bagian duodenum janin. Kondisi tersebut dikenal dengan istilah “double-bubble”.

Pengobatan dan Perawatan Atresia Duodenum

Pengobatan dan perawatan atresia duodenum bisa dilakukan dengan beberapa prosedur. Mulai dari penyedotan keluar cairan yang terperangkap di perut bayi, memberikan infus cairan intravena, hingga pembedahan (operasi). Operasi ini dilakukan untuk menyambung bagian duodenum sebelum dan setelah sumbatan, agar kontinuitas saluran duodenum kembali normal. Dengan demikian, cairan serta makanan dari lambung dapat masuk ke usus dan tercerna dengan baik.

Untuk mencegah terjadinya atresia duodenum atau kelainan bawaan lahir lainnya, ibu perlu melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Ini dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya atresia duodenum yang bisa memengaruhi kondisi bayi saat lahir. Sebab semakin dini terdeteksi, maka semakin tinggi kemungkinannya untuk bisa disembuhkan. Karena meskipun atresia duodenum ini adalah kelainan usus bawaan lahir, penyakit ini tetap bisa disembuhkan dengan operasi. (Baca juga: Arfabian, Sembuh dari Atresia Duodenum)

Jika ibu punya pertanyaan lain seputar kehamilan, ibu bisa bertanya ke dokter Halodoc. Ibu hanya perlu download aplikasi Halodoc di App Store dan Google Play, lalu masuk ke fitur Contact Doctor untuk bertanya pada dokter kapan saja dan di mana saja melalui Chat, dan Voice/Video Call. Jadi, yuk gunakan aplikasi Halodoc sekarang juga!

SERAMBINEWS.COM - Praktisi ahli kesehatan sekaligus seorang pendakwah, dr Zaidul Akbar membagikan cara mengatasi tipes.

Hal tersebut disampaikan dr Zaidul Akbar dalam kajian dakwahnya seperti dikutip Serambinews.com melalui kanal YouTube Bisikan.com, Kamis (21/10/2021).

Mengutip dari laman Rumah Sakit Universitas Udayna, demam tifoid atau yang lebih sering dikenal tipes merupakan penyakit akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thyphi.

Bakteri ini biasanya ditemukan di air atau makanan yang terkontaminasi. Selain itu, bakteri ini juga bisa ditularkan dari orang yang terinfeksi.

Seseorang yang terinfeksi bakteri penyebab tipes bisa menyebar ke seluruh tubuh yang dapat mempengaruhi banyak organ tubuh penderitanya.

Orang yang terinfeksi penyakit demam tifoid atau tipes dapat menularkan bakteri melalui fases dan urine, makan dan minuman yang sudah terkontaminasi dengan urine atau fases penderita tipes.

Ataupun mengkonsumsi makanan yang ditangani oleh orang yang sedang mengalami tipes dan belum dinyatakan sembuh oleh dokter.

Baca juga: Waspadai! Ini Tujuh Penyakit Perlu Dijaga Pasca Banjir, dari DBD Sampai Tipes

Demam tifoid atau tipes termasuk infeksi bakteri yang bisa menyebar ke seluruh tubuh dan memengaruhi banyak organ.

Tanpa perawatan yang cepat dan tepat, penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi serius yang berakibat fatal.

Kata dr Zaidul Akbar, tipes tidak akan menyerang tubuh apabila tubuh dalam kondisi baik.

Hal tersebut disampaikan dr Zaidul Akbar saat menjawab pertanyaan seorang jamaah.

"Bagaimana cara menghindari sakit tipes yang terkadang rutin 1 tahun 2 kali atau 3 kali," kata dr Zaidul Akbar membacakan sebuah pertanyaan.

Menjawab hal tersebut, Zaidul Akbar mengatakan tipes terjadi karena tubuh seseorang yang tidak sehat termasuk berasal dari pola makan tidak sehat dan kondisi perut yang bermasalah.

Baca juga: 6 Faktor Risiko Tipes atau Demam Tifoid, Kebiasaan Jajan Sembarangan hingga Tidak Cuci Tangan

"Orang tipes masalahnya perut, masalahnya sampah semua banyak masuk badannya gitu loh," katanya di awal video.

Halodoc, Jakarta – Atresia duodenum merupakan bagian dari atresia, yaitu kelainan bawaan saat lahir yang terjadi akibat tertutupnya lubang atau saluran cerna tertentu. Atresia bukan hanya terjadi pada lubang duodenum (usus dua belas jari) saja, melainkan juga pada lubang jejunum (usus kosong), ileum (usus penyerapan), atau pun kolon (usus besar).

Mengenal Lebih Dalam tentang Atresia Duodenum

Atresia duodenum adalah kondisi di mana duodenum tidak berkembang dengan baik. Pada kondisi ini, duodenum tidak terbuka secara sempurna sehingga menghalangi jalannya makanan dari lambung menuju usus untuk dicerna. Ini menyebabkan terjadinya peningkatan kadar cairan ketuban selama kehamilan (polihidramnion) dan obstruksi usus pada bayi yang baru lahir. Sebagian besar kasus ini juga disertai dengan kelainan lahir yang lain, termasuk kelainan trisomi 21 atau Down syndrome.

Meskipun belum diketahui secara pasti, para ahli menduga bahwa kondisi ini terjadi akibat perkembangan embrio yang belum sempurna, terutama pada bagian duodenum. Berikut adalah beberapa hal yang perlu kamu tahu tentang atresia duodenum:

Seberapa aneh perilaku singa ini?

Paul Funston, Direktur Regional Afrika Selatan untuk Panthera, organisasi konservasi kucing liar global, juga sepakat bahwa kejadian ini mengejutkan.

Di alam bebas, kawanan singa betina bisa menyerang singa-singa lainnya, namun biasanya mereka melakukannya untuk membela anak-anaknya atau wilayahnya. Insiden seperti itu pernah difilmkan di sebuah taman safari. Namun Funston mengatakan ia belum pernah melihat kejadian yang berakhir dengan kematian.

Contains disturbing scenes.Untuk memutar video ini, aktifkan JavaScript atau coba di mesin pencari lain

Singa-singa jantan liar juga biasanya akan mengusir anak-anaknya supaya tidak diburu oleh singa-singa betina yang berkuasa. Kadang-kadang singa bisa membunuh anak-anaknya sendiri - biasanya ketika mereka mengambil alih wilayah baru dari singa-singa betina penguasanya - untuk menegaskan dominasi mereka terhadap singa betina itu.

Singa jantan juga dikenal agresif terhadap singa betina dan bisa membunuh singa betina yang menolak untuk dia kawini.

Satu kemungkinan, kata Funston, adalah bahwa Zuri - yang digambarkan oleh kebun binatang sebagai "ibu yang penuh perhatian dan protektif" - menjadi takut pada Nyack, dan akhirnya berbuntutperkelahian.

Naluri alami Zuri bisa menjadi dominan pada titik itu, jelasnya, dan akhirnya Zuri membunuhnya.

"Bahkan ketika hewan-hewan itu tenang atau tampak tenang, itu bukan berarti tidak ada ketegangan," kata Funston.

Sumber gambar, Courtesy Bruce Patterson, Field Museum

Bruce Patterson, seorang peneliti di Field Museum di Chicago, mengatakan ia tahu kasus-kasus tentang singa betina liar yang menyerang - dan melukai - singa jantan yang sebelumnya membuat mereka kesal. "(Tapi) tidak seperti kasus kebun binatang, tidak ada yang menggigit lehernya!" katanya.

Funston, yang telah mempelajari seluk beluk singa selama 25 tahun, mengakui insiden ini 'tidak biasa' dan 'langka' - tetapi itu bukan berarti hal yang aneh.

"Kami melihat model yang khas dan kami cenderung berpikir kami tahu semuanya. Tetapi ini adalah spesies yang sangat kompleks secara sosial. "

"Itu satu hal yang saya suka tentang singa," Funston menambahkan. "Anda tidak tahu persis apa yang akan terjadi, dan itu membuat mereka menjadi hewan yang benar-benar menarik untuk diamati dan perlu dlindungi dan dilestarikan."

Halodoc, Jakarta – Atresia duodenum merupakan bagian dari atresia, yaitu kelainan bawaan saat lahir yang terjadi akibat tertutupnya lubang atau saluran cerna tertentu. Atresia bukan hanya terjadi pada lubang duodenum (usus dua belas jari) saja, melainkan juga pada lubang jejunum (usus kosong), ileum (usus penyerapan), atau pun kolon (usus besar).